Membedakan
Karakteristik Dua Novel
William Nathanael, Khristy Kurniawan,
Laura Meidiana
92/35,92/18,92/21
Pendahuluan
Dalam kesempatan ini, kelompok kami
akan membahas mengenai karakteristik novel. Novel adalah salah satu karya fiksi
berbentuk prosa. Ketika kita membaca novel, seakan – akan kita menjadi pengamat
di dalam novel atau juuga ikut terlibat di dalamnya. Sebuah novel dibangun dari
unsur – unsur yang wajib ada di dalam novel, seperti tema, tokoh, penokohan,
latar, alur, dan sudut pandang. Untuk menulis novel, kita tidak boleh terlepas
dari unsur – unsur tersebut. Novel yang baik selalu memiliki keenam unsur
tersebut Cara memaparkannya dalam novel tergantung dari kemahiran dan
pengalaman penulis tersebut.
Pembahasan
Novel dibangun atas beberapa unsur
intrinsik antara lain: alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Ada
beberapa istilah alur antara lain: alur rapat, alur renggang, alur progresif,
alur regresif, dan alur gabungan. Alur rapat artinya hubungan antara proses
dengan konflik sangat rapat. Kebalikannya alur renggang. Alur progresif yaitu
menceritakan kejadian secara maju. Sebaliknya adalah alur mundur atau regresif.
Alur gabungan jika menggabungkan alur progresif dan regresif.
Tokoh itu pelaku, sedangkan penokohan
artinya penggambaran watak tokoh dalam novel. Watak tokoh berkembang mengiring
konflik. Latar berkenaan dengan dimana (latar tempat), kapan (latar waktu),
bagaimana (latar suasana), latar sosial, dan latar budaya, serta latar agama.
Tema merupakan dasar cerita yang
menggambarkan inti masalah yang mendasari cerita novel. Tema bisa diambil dari
kritik sosial, ekonomi, kemanusiaan, ketuhanan, reliji, atau keserakahan kaum
penindas.
Azab dan Sengsara
Karena pergaulan mereka sejak kecil
dan hubungan saudara sepupu, antara Mariamin dan Aminuddin terjadilah jalinan
cinta. Ibu Mariamin, Nuria menyetujui hubungan itu karena Aminuddin adalah
seorang anak yang baik budinya lagipula ia ingin putrinya dapat hidup
berbahagia tidak selalu menderita oleh kemiskinan mereka.
Orang tuanya Amiuddin adalah seorang
kepala kampung,bangsawan kaya dan disegani oleh bawahannya karena sifatnya yang
mulia dan kerajinan kerjanya.
Ayahnya bernama Baginda Diatas dan
sifatnya menurun pada anaknya. Sedangkan keluarga Mariamin adalah keluarga
miskin disebabkan oleh tingkah laku ayahnya almarhum yang suka berjudi,
pemarah, mau menang sendiri,dan suka berbicara kasar. Akibatnya keluarganya
jauh miskin hingga akhir hayatnya, Tohir ( Sultan Baringin ) mengalami nasib
sengsara.
Hubungan mereka ternyata tidak mendapat
restu dari Baginda Diatas karena keluarga Mariamim adalah keluarga miskin bukan
dari golongan bangsawan. Suatu ketika Aminuddin memutuskan untuk pergi
meninggalkan Sipirok pergi ke Deli (Medan) untuk bekerja dan berjanji pada
kekasihnya untuk menikah jika saatnya dia telah mampu menghidupinya.
Sepeninggal Aminuddin, Mariamin
sering berkirim surat dengan Aminuddin. Dan ia selalu menolak lamaran yang
datang untuk meminangnya karena kesetiaannya pada Aminuddin. Setelah mendapat
pekerjaan di Medan Aminuddin mengirim surat untuk meminta Mariamin untuk
menyusulnya dan menjadi istrinya. Kabar itu disetujui oleh ibunya Aminuddin
,akan tetapi Baginda Diatas supaya tidak menyakiti hati istinya diam-diam pergi
ke dukunmenanyakan siapakah jodoh sebenarnya Aminuddin. Maka dikatakannya bahwa
Mariamin bukanlah jodoh Aminuddin melainkan seorang putri kepala kampung yang
kaya dan cantik maaf dan menyesali segala perbuatanya setelah melihat
sifat-sifat Mariamin yang baik.
Beberapa bulan kemudian Mariamin
dinikahkan oleh seorang kerani yang belum dikenalnya,bernama Kasibun. Yang
ternyata Tanpa sepengetahuan Aminuddin, Baginda Diatas membawa calon menantunya
hendak dijodohkan dengan Aminuddin di Medan. Ternyata Aminuddin kecewa mendapat
bukan pilihannya, akan tetapi ia tidak dapat menolak keinginan ayahnya serta
adat istiadat yang kuat. Kemudian diberitahukan Mariamin bahwa pernikahannya
tidak berdasarkan cinta dan ia minta maaf serta bersabar menerima cobaan ini.
Mariamin jatuh sakit karena cintanya
yang terhalang. Suatu hari Baginda Diatas datang hendak minta diketahui ia baru
menceraikan istrinya di Medan untuk mengawini Mariamin. Suatu ketika Aminuddin
mengunjungi Mariamin di rumahnya, namun menimbulkan kecurigaan dan rasa cemburu
dalam diri Kasibun. Kemudian Kasibun menyiksa Mariamin dan merasa tidak tahan
hidup bersama suaminya,ia kemudian melapor pada polisi dan suaminya kalah
perkara dengan membayar denda. Kasibun harus mengaku bersalah dan merelakan
bercerai darinya. Mariamin merasa bersedih dan ia pulang ke Sipirok rumah
ibunya. Badannya kurus dan sakit-sakitan, hingga akhirnya meninggal dunia
dengan amat sengsara.
Sunshine Becomes You
”Oh, celaka!” Mia terkesiap kaget
ketika mengeluarkan ponsel dari tasnya. Alex Hirano sudah mencoba
menghubunginya berkali-kali, tetapi Mia tidak menyadarinya karena ponselnya
berada di dalam tasnya yang ditinggalkan di kursi penonton. Ia bergegas
mengenakan celana jins dan sepatu, lalu berpamitan kepada guru tarinya.
Laki-laki itu pasti marah besar, pikir Mia cemas dan cepat-cepat menelepon Alex Hirano. Mia berlari-lari kecil menyusuri koridor di antara deretan kursi penonton ke arah pintu keluar.
Pada deringan kedua, suara Alex Hirano pun terdengar di ujung sana. ”Clark? Kenapa kau tidak menjawab teleponku?”
Mia mengernyit. ”Maaf,” katanya cepat. ”Aku tidak mendengar bunyi telepon.”
”Apakah kau tahu sudah berapa lama aku menunggu?”
”Maaf,” ulang Mia. ”Kau ada di mana sekarang? Aku akan segera ke sana.”
”Berhenti,” kata Alex Hirano tiba-tiba.
Mia otomatis berhenti melangkah walaupun ia tidak mengerti apa yang dimaksud laki-laki itu. ”Apa?”
”Ya, berhenti seperti itu,” kata Alex. ”Sekarang berputar ke kiri.”
Mia menuruti kata-kata Alex Hirano.
Dan mata Mia melebar kaget ketika melihat Alex Hirano duduk beberapa kursi jauhnya dari tempatnya berdiri. Laki-laki itu tersenyum kecil kepadanya sambil menurunkan ponsel dari telinga.
Mia mengerjap heran. Pertama, karena Alex Hirano tersenyum. Laki-laki itu belum pernah tersenyum kepadanya selama Mia mengenalnya. Alex memang sering tersenyum hambar dan sinis, tetapi itu tidak bisa dihitung sebagai ”senyuman”, bukan? Kedua, karena Alex Hirano ada di sana. Mia tidak tahu mana yang lebih mengherankan baginya.
”Kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Mia sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, seolah-olah mencari seseorang yang bisa menjelaskan kenapa Alex Hirano ada di sana, lalu kembali menatap laki-laki itu. ”Sudah berapa lama kau di sini?”
Laki-laki itu pasti marah besar, pikir Mia cemas dan cepat-cepat menelepon Alex Hirano. Mia berlari-lari kecil menyusuri koridor di antara deretan kursi penonton ke arah pintu keluar.
Pada deringan kedua, suara Alex Hirano pun terdengar di ujung sana. ”Clark? Kenapa kau tidak menjawab teleponku?”
Mia mengernyit. ”Maaf,” katanya cepat. ”Aku tidak mendengar bunyi telepon.”
”Apakah kau tahu sudah berapa lama aku menunggu?”
”Maaf,” ulang Mia. ”Kau ada di mana sekarang? Aku akan segera ke sana.”
”Berhenti,” kata Alex Hirano tiba-tiba.
Mia otomatis berhenti melangkah walaupun ia tidak mengerti apa yang dimaksud laki-laki itu. ”Apa?”
”Ya, berhenti seperti itu,” kata Alex. ”Sekarang berputar ke kiri.”
Mia menuruti kata-kata Alex Hirano.
Dan mata Mia melebar kaget ketika melihat Alex Hirano duduk beberapa kursi jauhnya dari tempatnya berdiri. Laki-laki itu tersenyum kecil kepadanya sambil menurunkan ponsel dari telinga.
Mia mengerjap heran. Pertama, karena Alex Hirano tersenyum. Laki-laki itu belum pernah tersenyum kepadanya selama Mia mengenalnya. Alex memang sering tersenyum hambar dan sinis, tetapi itu tidak bisa dihitung sebagai ”senyuman”, bukan? Kedua, karena Alex Hirano ada di sana. Mia tidak tahu mana yang lebih mengherankan baginya.
”Kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Mia sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, seolah-olah mencari seseorang yang bisa menjelaskan kenapa Alex Hirano ada di sana, lalu kembali menatap laki-laki itu. ”Sudah berapa lama kau di sini?”
Alex Hirano memasukkan ponselnya ke
saku celana dan berkata ringan, ”Omong-omong, kau sudah boleh menurunkan
ponselmu.”
Mia tersentak dan menyadari ponselnya masih ditempelkan ke telinga. Ia buru-buru memasukkannya kembali ke dalam tas. Ia baru ingin mengulangi pertanyaannya ketika Alex menyelanya.
”Jadi itu yang dinamakan tari kontemporer,” gumam Alex sambil memandang ke arah panggung, tempat para penari sibuk berlatih.
Mia tidak tahu apakah Alex Hirano sedang membicarakannya atau para penari di panggung itu. Apakah laki-laki itu melihatnya menari tadi?
”Aku tidak menyangka kau mendengarkan lagu-lagu Italia,” lanjut Alex sambil kembali menoleh ke arah Mia.
Oh ya, laki-laki itu sudah ada di sini ketika Mia menari tadi.
Mia mengangkat bahu dan membalas, ”Aku bahkan tidak menyangka kau tahu lagu itu lagu Italia.”
Alex Hirano menatap Mia dengan mata disipitkan, tetapi kali ini Mia tidak merasa ingin mundur teratur. Tatapan Alex kali ini bukan tatapan dingin dan bermusuhan.
Mia tersentak dan menyadari ponselnya masih ditempelkan ke telinga. Ia buru-buru memasukkannya kembali ke dalam tas. Ia baru ingin mengulangi pertanyaannya ketika Alex menyelanya.
”Jadi itu yang dinamakan tari kontemporer,” gumam Alex sambil memandang ke arah panggung, tempat para penari sibuk berlatih.
Mia tidak tahu apakah Alex Hirano sedang membicarakannya atau para penari di panggung itu. Apakah laki-laki itu melihatnya menari tadi?
”Aku tidak menyangka kau mendengarkan lagu-lagu Italia,” lanjut Alex sambil kembali menoleh ke arah Mia.
Oh ya, laki-laki itu sudah ada di sini ketika Mia menari tadi.
Mia mengangkat bahu dan membalas, ”Aku bahkan tidak menyangka kau tahu lagu itu lagu Italia.”
Alex Hirano menatap Mia dengan mata disipitkan, tetapi kali ini Mia tidak merasa ingin mundur teratur. Tatapan Alex kali ini bukan tatapan dingin dan bermusuhan.
Unsur intrinsik kedua
novel :
Tema : novel1: kesengsaraan hidup
novel2: keromantisan
Tokoh dan penokohan : novel1: Mariamin : Pasrah
Aminuddin : Menghargai orang lain
novel2: Alex Hirano : Tidak sabar, menghargai
orang lain, dan sinis
Mia : penurut dan bertanggung jawab
Latar : novel1: tempat : Medan
waktu : beberapa bulan kemudian
Novel2: tempat : ruang latihan
menari
waktu : -
Alur : novel1: maju
Novel2: maju
Sudut pandang : novel1: sudut pandang
orang pertama sebagai pelaku
Novel2: sudut
pandang orang pertama sebagai pengamat
Dari analisa unsur intrinsik di atas,
kita dapat memahami lebih jelasnya tentang cara membedakan novel, yaitu dengan
cara menentukan terlebih dahulu unsur intrinsiknya kemudian dibedakan antara
unsur intrinsik novel yang satu dengan yang kedua. Tema pada novel pertama
menunjukan tentang kesengsaraan hidup dan novel kedua tentang novel romantis.
Ditinjau dari tema sudah diketahui perbedaan kedua novel tersebut. Jika dilihat
dari penokohan dan alurnya kita dapat menentukan perasamaan kedua novel
tersebut. Persamaan kedua novel tersebut adalah sama – sama tidak memiliki tokoh
antagonis (lawan protagonis) dan pada alur sama – sama memiliki alur maju.
Penutup
Kesimpulan
Novel merupakan karya fiksi berbentuk
prosa yang memiliki unsur hampir sama dengan unsur yang ada dalam cerpen atau
drama seperti tema,alur,latar,amanat,tokoh dan penokohan, sudut pandang. Cara
membedakan novel yang satu dengan yang lain berdasarkan unsur karakteristiknya
adalah dengan menentukan dahulu unsur intrinsiknya baru membedakan dengan novel
yang lain. Cara membedakan novel tidaklah sulit, tetapi butuh ketelitian dalam
menentukan unsur – unsur novel.
Daftar Pustaka
Westlifer Filan Putri.2012.Sekadar
Goresan Cerita. http://putrinargish.blogspot.com/2012/02/sinopsis-novel-novel-20-30an.html. {10/1/2014}
Achyar Mahfud.2009.Perkembangan Novel
Indonesia. http://achyar89.wordpress.com/2009/01/13/perkembangan-novel-indonesia/. {10/1/2014}
Gramedia Pustaka Utama.2012.Cuplikan
Novel Sunshine Becomes You. https://www.facebook.com/notes/gramedia-pustaka-utama/cuplikan-novel-sunshine-becomes-you-ilana-tan/10150696400006982. {10/1/2014}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar